Sabtu, 07 April 2012

WASIT ADA UNTUK MENEGAKKAN PERATURAN, BUKAN MEMBUATNYA



Pembicaraan mengenai kemenangan Barcelona atas AC Milan serta keberhasilan Chelsea mengungguli Benfica terutama fokus kepada kemampuan ofisial pertandingan dalam mengambil keputusan. Bjorn Kuipers dan Damir Skomina dicerca oleh perwakilan Milan dan Benfica karena dituduh memihak tim tuan rumah. Keputusan Kuiper memberikan penalti kepada Barcelona karena Alessandro Nesta menarik seragam Sergio Busquets mungkin terlihat berlebihan, namun pemain veteran Italia itu seharusnya sejak awal tahu lebih baik di mana dia bisa meletakkan tangannya.
Barcelona tidak diuntungkan oleh keputusan bias para wasit, tapi sulit untuk tidak mengatakan mereka tidak tahu cara untuk membuat ofisial mengikuti keinginan mereka. Tidak ada tim yang bereaksi sangat keras terhadap pelanggaran seperti Barcelona. Tapi mereka tidak curang. Mereka juga tidak menerima keringanan dari pimpinan UEFA. Jika diingat, terdapat sejumlah insiden yang bisa menghapus teori konspirasi tersebut: offside yang mewarnai gol Manchester United ketika klub Inggris menyamakan kedudukan di final musim lalu; kartu merah yang diterima Eric Abidal ketika menghadapi Chelsea di semi-final 2009; gol offside Diego Milito di semi-final 2010, begitu juga ditolaknya penalti untuk Alexis Sanchez di leg pertama perempat-final.
Sementara itu, komplain yang dilontarkan Benfica tidak bisa dibenarkan. Maxi Pereira mendapat kartu kuning karena komentarnya terhadap wasit dan menerima kartu kedua akibat tindakannya menendang tulang kering lawan. Javi Garcia tidak berupaya memainkan bola di kotak penalti ketika melanggar Ashley Cole. Mereka tidak bisa mengarahkan telunjuk ke arah wasit ketika permainan mereka tidak cukup bagus.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 SERBA PREMIUM
Theme by REPUBLIKKU